Seorang anak lelaki mempunyai perangai yang buruk, dimana kesehariannya ia hanya sibuk untuk melukai temannya bahkan mengecewakan keluarganya. Suatu saat ia merasa kalau dirinya teramat sangat menyedihkan, oleh karena itu ditemuinya seorang guru bijak yang diharapkan dapat memperbaiki tingkah lakunya tersebut.
Anak itu bertanya kepada sang guru "Apakah yang harus saya lakukan untuk menghilangkan perilaku buruk saya?". Sang guru menjawab "Setiap kali kamu berbuat salah, maka tancapkanlah paku di salah satu pagar rumahmu, apabila sudah penuh pagar itu oleh paku, maka datanglah kembali kepadaku."
Beberapa hari kemudian, anak itu kembali ke tempat guru bijak. Sang guru berkata "pasti pagarmu telah penuh dengan paku, oleh karena itu tancapkanlah kembali paku ke salah satu pagar rumahmu, dan apabila pagar itu sudah penuh, kembalilah lagi kepadaku".
Setelah menancapkan tiap paku ke pagar, maka anak itu berpikir akan lebih mudah untuk tidak berbuat nakal daripada repot-repot menancapkan paku ke pagar. Oleh karena itu, beberapa hari setelah itu, si anak kembali lagi ke tempat guru bijak. Sang guru berkata "pasti pagarmu telah penuh dengan paku, maka sekarang lakukanlah sebaliknya, setiap kali kemu berbuat kebaikan, maka cabutlah paku dari pagar rumahmu, dan apabila semua paku telah tercabut kembalilah kepadaku".
Tidak lama kemudian anak itu kembali ke tempat guru bijak. Maka sang guru berkata "Aku yakin kedatanganmu kali ini untuk memberitahukan bahwa tiap paku di pagar rumahmu sudah kau cabuti, mulai hari ini kau telah menjadi anak yang baik, mulai hari ini kau telah menjadi sesesorang yang lebih bijak, tapi dapatkah kau merubah pagarmu menjadi seperti sedia kala?. Setiap paku yang kau tancapkan ke pagar menandakan luka yang kau goreskan pada hati seseorang, walaupun sudah kau cabut paku itu dari pagar, walaupun kau sudah atau langsung meminta maaf kepada orang yang kau lukai, tetapi bekas luka itu masih tetap ada dan tidak akan kembali seperti semula.".
Dari cerita ini bisa kita ambil kesimpulan bahwa janganlah membuat luka terhadap hati sesorang, karena luka yang kita goteskan di hatinya, tidak akan pernah hilang. Kita tidak bisa mengharapkan apabila kita sudah meminta maaf kepada seseorang, maka segalanya akan kembali seperti sedia kala.
Oleh karena itu, marilah kita jaga perasaan orang lain, hiduplah harmoni dengan menjaga kedamaian dan persahabatan. Karena seperti orang bijak katakan "mempunyai musuh satu seakan-akan kelebihan, mempunyai teman seribu seakan-akan kekurangan.".
(diilhami dan dikutip dari : Andrie Wongso)
Anak itu bertanya kepada sang guru "Apakah yang harus saya lakukan untuk menghilangkan perilaku buruk saya?". Sang guru menjawab "Setiap kali kamu berbuat salah, maka tancapkanlah paku di salah satu pagar rumahmu, apabila sudah penuh pagar itu oleh paku, maka datanglah kembali kepadaku."
Beberapa hari kemudian, anak itu kembali ke tempat guru bijak. Sang guru berkata "pasti pagarmu telah penuh dengan paku, oleh karena itu tancapkanlah kembali paku ke salah satu pagar rumahmu, dan apabila pagar itu sudah penuh, kembalilah lagi kepadaku".
Setelah menancapkan tiap paku ke pagar, maka anak itu berpikir akan lebih mudah untuk tidak berbuat nakal daripada repot-repot menancapkan paku ke pagar. Oleh karena itu, beberapa hari setelah itu, si anak kembali lagi ke tempat guru bijak. Sang guru berkata "pasti pagarmu telah penuh dengan paku, maka sekarang lakukanlah sebaliknya, setiap kali kemu berbuat kebaikan, maka cabutlah paku dari pagar rumahmu, dan apabila semua paku telah tercabut kembalilah kepadaku".
Tidak lama kemudian anak itu kembali ke tempat guru bijak. Maka sang guru berkata "Aku yakin kedatanganmu kali ini untuk memberitahukan bahwa tiap paku di pagar rumahmu sudah kau cabuti, mulai hari ini kau telah menjadi anak yang baik, mulai hari ini kau telah menjadi sesesorang yang lebih bijak, tapi dapatkah kau merubah pagarmu menjadi seperti sedia kala?. Setiap paku yang kau tancapkan ke pagar menandakan luka yang kau goreskan pada hati seseorang, walaupun sudah kau cabut paku itu dari pagar, walaupun kau sudah atau langsung meminta maaf kepada orang yang kau lukai, tetapi bekas luka itu masih tetap ada dan tidak akan kembali seperti semula.".
Dari cerita ini bisa kita ambil kesimpulan bahwa janganlah membuat luka terhadap hati sesorang, karena luka yang kita goteskan di hatinya, tidak akan pernah hilang. Kita tidak bisa mengharapkan apabila kita sudah meminta maaf kepada seseorang, maka segalanya akan kembali seperti sedia kala.
Oleh karena itu, marilah kita jaga perasaan orang lain, hiduplah harmoni dengan menjaga kedamaian dan persahabatan. Karena seperti orang bijak katakan "mempunyai musuh satu seakan-akan kelebihan, mempunyai teman seribu seakan-akan kekurangan.".
(diilhami dan dikutip dari : Andrie Wongso)
si adrie wongso itu ngambil cerita dari Kisah-kisah Zen dari negeri china. cuma versi aslinya lebih menarik bung
BalasHapusiya ud baca juga gw...ini pas baru denger dari radio langsung gw post
BalasHapusSudah banyak yang kusakiti.... sekarang, banyak yang menjauhiku.
BalasHapus